Hancurnya Kehidupan, Kembalilah Ke Jalan Islam
Apa yang salah terhadap bangsa ini?
Mengapa mengalami nasib yang begitu nestapa? Terus menerus dirundung malang.
Tak henti-henti. Berbagai peristiwa yang sangat menyedihkan selalu menghentak
kesadaran. Tetapi, tak ada kesadaran bersifat kolektif mengakhiri semuanya.
Sepertinya mereka menikmati kehidupan serba menyedihkan.
Betapa Indonesia bangsa besar.
Dengan jumlah penduduk 240 juta. Mayoritas hampir 90 persen beragama Islam.
Selalu menjadi kebanggaan dengan jumlah itu. Muslim terbesar di dunia.
Penduduknya terus tumbuh. Indonesia selalu menjadi perhatian dunia. Karena
posisinya yang dipandang sangat strategis. Memiliki sumber daya alam, yang
seakan tak pernah habis. Hanya kenyataannya sangat paradok.
Seorang yang baru pulang dari umrah,
bertutur bahwa pesawat apa saja yang mendarat di bandara internasional Jeddah,
selalu ada orang Indonesia. Puluhan ribu orang pergi umrah setiap bulannya.
Orang pergi haji, harus inden sampai delapan tahun. Padahal, orang Indonesia
pergi haji tak kurang dari 250 ribu, setiap tahunnya. Kalau shalat di Madinah,
kanan-kiri, depan-belakang, pasti ada orang Indonesia. Begitu luar biasa
banyaknya orang Indonesia yang melakukan ibadah ke tanah suci, Makkah dan
Madinah.
Mestinya semakin banyak orang yang
jalan hidupnya sesuai dengan Islam, dan menjadikan al-Qur’an sebagai jalan
hidup mereka. Menjelang perayaan maulud Nabi Shallahu alaihi wassalam, begitu
banyak yang menyelenggarakan perayaan maulud. Mulai dari Istana sampai ke
masjid dan mushala di kampung, semuanya menyelenggarakan perayaan maulud.
Adakah umat ini yang menyatakan cinta kepada baginda Nabi Shallahu alaihi
wassalam, dan mengikuti jejak beliau?
Kenyataan dalam fakta kehidupan
sehari-hari orang semakin jauh dari Islam. Semakin hancur binasa. Tak lagi
menyandarkan hidup mereka diatas manhaj al-Qur’an dan Sunnah. Mereka mengikuti
hawa nafsu. Mereka menjadi hamba hawa nafsu. Jauh dari bimbingan dan
aturan-aturan Allah dan Rasul Shallahu alaihi wassalam.
Betapa rusaknya kehidupan ini. Orang
tua dengan sangat tega membunuh anaknya sendiri. Anak membunuh orang tuanya
sendiri. Orang tua membuang bayi yang baru dilahirkannya. Orang tua kandung
menzinahi anak sendiri, sampai hamil. Berbuat zina dan selingkuh menjadi
kegemaran. Bukan nista. Kantor-kantor dan pabrik-pabrik yang memperkerjakan
perempuan-laki, berlangsung perbuatan fakisah (dosa besar), tak lagi merasa
bersalah dan malu. Sering perempuan diperkosa diangkot dan kendaraan umum.
Minimal dilecehkan secara seksual. Tak ada lagi tempat yang aman di negeri ini
bagi perempuan.
Belakangan sering terjadi bunuh
diri. Anak, orang dewasa, laki dan perempuan, melakukan bunuh diri. Dengan
berbagai cara. Mengakhiri hidup dengan sangat nista. Bunuh diri. Dengan
berbagai alasan. Mereka tak dapat lagi berpikir rasional menghadapi kehidupan.
Sebagian besar motivasinya karena ekonomi, dan keluarga yang pecah.
Ada yang lebih kejam. Pembunuhan
dengan mutilasi. Korban dipotong-potong. Ada perempuan dalam keadaan
hamil. Dimutilasi. Anaknya yang belum beranjak dewasa diperkosa, kemudian
dibakar. Ada yang dibunuh, dimutilasi, mayatnya dimasukkan ke dalam tabung gas.
Ada orang yang membunuh anak-anak sudah berulang kali, tanpa sedikitpun
penyesalan. Sekarang inipun, anak-anak sudah ketularan ikut membunuh. Temannya
sendiri dibunuh. Temannya yang sehari-hari bermain bersamanya. Hanya
masalah sangat sepele. Sungguh sangat luar biasa.
Kehidupan sekarang ini, di manapun
berlangsung tipu-menipu dan saling peras memeras. Di semua tingkatan lapisan
dari atas sampai bawah. Misalnya, oknum dokter memeras dan menipu pesien.
Banyak pasien miskin, yang melahirkan di rumah sakit, tak mampu membayar,
akhirnya bayinya disandera.Oknum hakim dan jaksa memeras tersangka.Oknum polisi
memeras maling dan penjahat. Para pengacara dan advokat memeras kliennya yang
berperkara.
Para politisi dan pemimpin tidak
jujur kepada rakyat. Mereka semua berpura-pura. Tidak ada yang benar-benar
tulus terhadap rakyat. Saling berlomba mengeksploitasi rakyat. Sampai seperti
orang yang “memeras” handuk, tak lagi keluar airnya. Hanya mereka menampilkan
wajah dan kisah, seakan mereka menjadi para pembela sejati rakyat. Padahal
mereka itu hanyalah barisan penipu rakyat.
Para pemimpin yang mendapatkan
amanah jabatan, tak ada yang benar-benar amanah dan jujur. Semuanya
memanfaatkan jabatannya.Berkhianat terhadap rakyat sudah menjadi watak.
Kemudian korupsi berjamaah. Mencuri uang negara berjamaah. Melalui partai
politik. Mereka tidak pernah merasa bersalah. Semua mengaku bersih. Sebagai
pembela rakyat. Sejatinya mereka itu sekumpulan orang yang memang benar-benar
bertujuan ingin menghancurkan rakyat. Berkedok sebagai pembela “wong cilik”.
Mereka melakukan mega korupsi, tetapi di pengadilan berkelit. Meskipun, para
saksi dengan sangat terang-benderang seperti siang hari, menceritakan kejahatan
yang mereka kerjakan.
Pengadilan korupsi hanya menjadi
tempat “theater” sandiwara mengelabuhi mata rakyat. Secara telanjang. Para
politisi “busuk” dengan sangat canggih, membonsai aparat penegak hukum, semacam
KPK, dan membuatnya menjadi lumpuh. Tak dapat lagi yang dapat menjangkau para
penjahat di negeri yang sudah menghabiskan uang rakyat, bertriliun-triliun.
Akhirnya rakyat menjadi masa bodoh. Tak lagi tertarik dengan kehidupan ini.
Karena kebusukan sudah menjadi sistem kehidupan.
Kehancuran sudah didepan mata.
Masihkah tidak peduli? Masihkan menutup mata dengan segala penyimpangan
dan penyelewengan ini? Masihkah tidak mau mengubah jalan hidup ini? Masihkan
akan selalu bergelimang dengan dosa dan durhaka?
Kematian menunggu siapa saja. Tak
akan ada yang selamat dari kematian. Nanti masing-masing akan membawa bawaan
berupa amal. Amal selama di dunia. Sebiji zarrah kebaikan yang kita lakukan
akan dihisab. Sebiji zarrah kejahatan akan dihisab. Tak ada yang luput dari
hisab. Itulah yang akan menjadi mizan (timbangan) nanti diakhirat. Yakinilah
akan kehidupan akhirat. Kehidupan yang bakal kekal dan abadi. Selamanya.
Jika kita ingin selamat dari
kehidupan sekarang ini, dan jauh dari malapetaka di akhirat, kembalilah ke jalan
Islam. Hanya jalan Islam yang mendapatkan ridho dari Allah Azza Wa Jalla. Tidak
yang lain.
Pupuslah kehidupan jahiliyah yang
sangat menyengsarakan dan merusak. Seperti fenomena yang ada pada hari ini.
Dialami hampir setiap orang dengan sadar atau tidak. Telah Melakukan
pengkhianatan terhadap Rabbnya. Hanya dengan jalan Islam yang dapat
menyelamatkan hari depan manusia. Di dunia dan akhirat. Wallahu’alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar